Fransiska Hadiwidjana Satu dari 30 Orang Berpengaruh Asia di Bawah Usia 30 tahun

Yuriantin | 29 April 2018 | 05:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Bulan lalu, Fransiska Hadiwidjana (28) mengantongi prestasi baru. Ia masuk dalam daftar 30 orang berpengaruh di bawah usia 30 tahun versi majalah Forbes Asia.

Lewat Prelo, perusahaan startup jual-beli barang bekas, Fransiska dinilai berpengaruh di bidang ritel dan perdagangan elektronik. Saat berbincang dengan Bintang, wanita yang berdomisili di Bandung ini berbagi cerita dan kiat menggapai sukses di usia muda.

Sejak kecil, Fransiska jatuh hati pada dunia teknologi informasi (IT).

“Ketika kecil, saya suka main gim. Ketika SMP, saya ikut ajang olimpiade sains. Pas SMA, saya mulai menekuni pemrograman komputer dan kuliah mengambil jurusan teknik informatika di ITB,” beri tahu peraih medali perak Olimpiade Sains Junior Internasional tahun 2004 ini. 

Semasa kuliah, Fransiska menjajal berbagai kesempatan magang. Ia pernah magang di perusahaan raksasa Microsoft, Google Summer of Code, Schlumberger hingga magang di pemerintahan lewat Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan.

Pada 2012, Fransiska yang menginjak tahun akhir perkuliahan, mendapat beasiswa. Menjadi satu-satunya wakil dari Indonesia, ia mengikuti program 2,5 bulan di Universitas Singularity di Silicon Valley, AS.

Di akhir program beasiswa, Fransiska diminta membuat karya yang bisa dipakai dan bermanfaat untuk banyak orang. Ia berhasil mengembangkan startup pertamanya. Bersama dua mahasiswa dari Amerika Serikat dan Kanada, Fransiska melahirkan teknologi pendeteksi kanker payudara bernama AugMi Labs.

“Kami membuat sistem yang meliputi sarung tangan yang dapat menangkap parameter vital tubuh seperti tekanan darah dan denyut jantung. Data-data itu diteruskan secara nirkabel ke jaringan AugMi Labs kemudian diproses sehingga dokter bisa mengetahui kondisi medis pasien tanpa perlu bertemu langsung,” Fransisca menjelaskan.

Atas pencapaian ini, AugMi Labs mendapat hibah dari pemerintah Chile dan memiliki dua hak paten di Amerika Serikat.

Kini tak lagi aktif mengurusi kegiatan AugMi Labs sehari-hari, Fransiska fokus mengelola Prelo. Startup ini lahir dari minat wirausaha Fransiska yang muncul kala magang di lembaga pendanaan untuk startup, Batavia Incubator.

Wanita berkacamata ini tertarik membuat karya dan berwirausaha, apalagi didorong cerita dari teman baiknya yang kesulitan menjual kosmetik tidak terpakai. Ide menciptakan layanan jual-beli barang bekas pun muncul.

(yuri / gur)

Penulis : Yuriantin
Editor: Yuriantin
Berita Terkait